Pemilu
raya hal yang sedang ramai diperbincangkan di lingkungan Universitas
Singaperbangsa Karawang sebagai salah satu cara untuk memilih calon ketua BLMU
dan BEMU Unsika. Pemilu Raya ini sudah sering digembar gemborkan sejak beberapa
tahun yang lalu, tetapi hingga tahun 2015 ini belum ada realisasi yang jelas
dari pihak BLMU selaku pihak penyelenggara kegiatan ini. Terdapat beberapa
penolakan dalam kegiatan ini yang dikemukakan oleh beberapa Ormawa di Unsika,
"Jika BLMU sudah siap dan yakin dengan diadakannya pemilu raya maka harus
ada persiapan yang tidak sebentar dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit
dalam kegiatan ini. Jika ditanya setuju atau tidak, saya tidak setuju. Saya
lebih setuju dengan musma," Ujar Yayang Suharso Putra Selaku Ketua Adat
Mapalaska. Dalam sisi yang sama menyebutkan "Menurut saya, sistem pemilu
raya jika diterapkan di kampus kita yang notaben mahasiswanya pekerja akan
sangat kurang efektif. Apalagi sekarang ini sudah memasuki libur panjang. Jika
dipaksakan siapa yang akan memilih? Lalu pihak penyelenggara pemilu raya juga
harus sudah memiliki team yang solid minimal 5 orang dari tiap-tiap fakultas.
Itu juga belum kita harus konsoidasu dengan beberapa unit kegiatan mahasiswa.
Saya tidak mau mengecilkan semangat rekan-rekan di BLMU namun bagaimanapun kita
harus realistis dengan segala kekuranga
kita saat ini. Mungkin setelah penegrian ini sudah berjalan efektif bisa
saja sistem pemilu raya diterapkan di kampus kita. Namun harus kita ketahui ada
beberapa kampus yang sudah menggunakan sistem pemilu raya sekarang berpindah
kembali pada sistem perwakilan atau delegasi. Kemudian saya melihat kesannya
seperti ada kepentingan suatu kelompok jikalau pemilu raya di unsika ini
dipaksakan. Tapi bagaimanapun asas persatuan dan kesatuan dulu yg harus kita
kedepankan. " tambah Hamid Ditya SamaIrja selaku Ketua BEM FH.
Dan
diperkuat dengan pernyataan "Berkaitan dengan hal tersebut tentunya BLMU
perlu mengkaji ulang tentang teknis dan tata cara pemilihan ketua BEMU dan
pengurus BLMU. Hal ini dikarenakan adanya aturan baru dari DIKTI yang
mengharuskan pemilihan ketua organisasi dengan cara keterwakilan. Terlebih lagi
permasalahan biaya yang tentunya harus pula dijadikan bahan pertimbangan. Kalo
berbicara pernyataan sikap, saya kurang setuju karena terlalu banyak
pertimbangan apalagi persiapan yang kurang jika harus memaksakan sistem pemilu
raya, apalagi jika melihat konstelasi mahasiswa unsika yang ada. Sampai saat
ini pun belum terlihat adanya persiapan yang serius, sosialisasi tata cara
pembentukan partai saja belum. Toh kan nanti harus ada partai jika tetap
memakai pemilu raya. Namun keputusan finalnya nanti pun saya kembalikan kepada
kawan kawan ormawa karena walau bagaimanapun keputusan sistemnya harus diambil
secara kolektif kolegeal," ujar Wahyu Anggara selaku Presiden Mahasiswa
kepada LPM Unsika. Banyak pihak yang menantikan kejelasan untuk pemilu raya
ini, pihak BLMU sendiri telah berjanji untuk mengadakan rapat lanjutan untuk
membahas pemilu raya ini secara mendalam dengan semua Ormawa di Unsika.
"Kami akan melakukan rapat lanjutan bersama seluruh Ormawa, nanti kami
akan mengirimkan surat ke setiap lembaga masing-masing untuk lebih
jelasnya," Ujar Ganda selaku ketua BLMU dalam rapat kemahasiswaan awal
bulan Juni lalu. Namun, hingga pertengahan Juni ini belum adanya rapat lanjutan
tersebut, dapat dinyatakan bahwa pemilu raya tahun ini hanya sebuah isapan
jempol belaka karena tidak adanya keseriusan dari pihak BLMU untuk
menyelenggarakan pemilu raya tahun ini. (DNF)
0 komentar:
Posting Komentar