JALAN CINTA
Oleh : Yusuf Al H. (FKIP Pend. Bhs Inggris)
“Umi itu ingin kamu segera menikah na, kamu kan tau umi ini sudah sering sakit-sakitan.. umi ingin sepeninggalannya umi nanti kamu sudah ada yang menjaga dan membimbingmu.”Kata ibunya.
Kata-kata itulah yang selalu terngiang-ngiang ditelinga Nina, uminya menginginkan dirinya untuk segera menikah, memang di usianya yang sudah menginjak 24 tahun itu sudah saatnya dia untuk menyempurnakan separuh agamanya itu, apalagi dia itu adalah anak satu-satunya. Ayahnya telah meninggal dua tahun yang lalu karenakecelakaanjatuh dari tangga ketika bekerja sebagai seorang tukangkuli bangunan. Dan ibunya kini sering sakit-sakitan, uminya khawatir jika Allah memanggilnya nanti siapa yang akan menjaga putri semata wayangnya itu.
Gadis bermata jeli itu selalu menangis disetiap selesai melaksanakan shalat tahajud. Permintaan uminya terlalu memojokannya disaat dia sedang fokus pada kuliahnya yang tinggal 2 tahun lagi tapi ibunya memintanya untuk segera menikah. Rencananya ia akan menikah setelah menyelesaikan kuliahnya. Tapi permintaan ibunya itu bukan main-main, bagaimanapun ia harus taat pada ibunya. Ditambah lagi ibunya sering sakit-sakitan.
Di kampus Nina menceritakan apa yang kini tengah di alaminya pada sahabat karibnya. Ririn mendengarkan keluhkesahNina dengan penuh haru, ia ingin sekali membantu sahabat karibnya itu namun ia juga bingung harus bagaimana. Ia sesekali mengusap air mata yang keluar dari matanya Nina, ia merasa begitu kasihan sampai-sampai Ririn pun terbawa ikut menangis.
“hmmm aku mau tanya, kalau misalkan ada Ikhwan yang datang mengkhitbahmu gimana Na, apakah kamu mau” tanya Ririn mencoba untuk memberikan saran.
“aku masih bingung Rin, aku gak tau aku harus gimana” ucap Nina yang masih belum bisa memutuskan permasalahannya.
“ya kalau menurut aku seandainya ada Ikhwan yang mengajak untuk serius sama kamu, aku rasa gak ada salahnya untuk kamu menerimanya, memang nikah itu tak semudah yang kita bayangkan.. namun apa salahnya jika kau menuruti Umimu itu, mungkin Allah punya rencana lain dibalik semua ini” jelas Ririm mencoba untuk meyakinkan Nina.
“ya makasih atas sarannya Rin,tapimasalahnyajikaakusudahmenikahnantipastiakuakan repot dansibukmengurusirumahtangga, otomatiskuliahaku pun akanterbengkalai. Tapiyasudahlah aku akan coba shalatistikharah dulu”
“nah itu lebih bagus... minta sama Allah semoga Allah menunjukan jalan yang terbaik untukmu Na, di jalan cinta-Nya”
***
Setelah selesai shalat Nina pun bergegas untuk tidur ia berharap semoga Allah memberikan petunjuk jalan keluar atas permasalahannya dalam mimpinya. Kebimbangannya selama ini adalah untuk memilih yang terbaik apakah melanjutkan kuliahnya atau menikah. Karena jika sudah menikah sambil kuliah pastinya repot apalagi jika sudah mempunyai anak. Belum sempat ia memejamkan matanya tiba-tibaterdengar bunyi sms masuk di handphone nya. Dia penasaran “siapa yang sms malam-malam gini gak biasanya”, lirihnya dalam hati. Setelah diambilnya handphone dari meja belajarnya ternyata sms itu dari Khaerul orang yang dia kenal ketika sedang mencari kitab Al-Aqidah Ath-Thahawiyah nya Abu Ja’far At-Thahawi di sebuah toko buku disamping kampus kebetulan kitab itu hanyatinggal satu dan Khaerul lebih dulu mendapatkannya. Namun dengan senang hati ia menawarkan untuk meminjamkannya pada Nina, karena Nina juga sama-sama sedang membutuhkan kitab itu.
“Assalamu’alaikum... afwan ukhty jika sms ana mengganggu istirahat ukhty, ana hanya ingin mengatakan sesuatu, setelah ana mengenal ukhty dari perkenalan kita, maupun dari teman-teman yang kenal dekat dengan ukhty, ana yakin ukhty adalah akhwat yang shalihah. Maka dari itu ana ingin mengajak ukhty untuk menyempurnakan separuh agama ana bersama ukhty, apakah ukhty bersedia?, ana tunggu jawabannya... syukron”.
Seketika wajah Nina memerah setelah membaca sms dari Ikhwan yang dikenal sangat pendiam itu, ia tidak percaya apa yang telah dikatakan oleh Khaerul lewat sms nya itu. Namun iapercayabahwainimungkinpetunjukdari Allah atasistikharahnya. DenganpenuhkeyakinandanmengucapbasmallahiabalassmsdariIkhwantersebutuntukmemberitahubahwaiabersedia.
***
Pagiharinya, lagi-lagi uminya menanyakan hal yang sama pada dirinya, namun kali ini ia punya jawaban, yang pasti akan menyenangkan hati uminya. Dia menceritakan tentang Khaerul yang menyatakan cintanya pada Nina yang kini mereka berdua tengah menjalani ta’aruf.
“umi senang jika kamu sudah punya calon pendamping, lantas kapan si Tarul akan datang melamarmu Na?” tanya uminya.
“Khaerul umi bukan Tarul” Perotes Nina.
“iya khaerul, lha wong Cuma beda dikit aja ko”
“iya deh terserah Umi aja... dia bilang sebulan lagi Umi setelah dia selesai mengajukan proposal untuk skripsinya”.
“oh ya udah asalkan jangan lama-lama aja, siapapun orangnya semoga dia bisa menjadi pemimpin yang baik dan mampu membimbingmu Na”
“iya umi, aamiin insya Allah...”
Setelah uminya tahu bahwa ia sudah punya calon pendamping, uminya sedikit lega, ia tidak begitu khawatir jika kelak Allah memanggilnya. Begitupun dengan Nina, ia sudah bisa bernafas lega sekarang, karena sudah menuruti kemauan uminya itu, tinggal sekarang semua keputusannya sepenuhnya ada pada Khaerul. Ia percaya bahwa Khaerul adalah ikhwan yang baik, shaleh dan bertanggung jawab. Yang paling membuat Nina bahagia adalah setelah menikahnanti Khaerul mengizinkannya untuk melanjutkan kuliahnya itu. Ternyata Inilah jalan cinta Allah untuknya.
Sabtu
18:41
I Lap You, Mas
Ganteng
Oleh : Nari Maryati
Turunlah seorang wanita cupu berkaca mata besar dari sebuah angkutan umum di depan Universitas besar di kota metropolitan. Dengan logat Jawa Sunda dia berbicara.
“Wow, meuni gede gini kampus teh nya. Di kampung mah nggak ada yang kaya gini”
Wanita cupu itu terus berjalan dan sesekali bertanya namun tak ada yang mendengarnya. Dia terlihat begitu cupu, dia memakai rok di atas pinggang dan baju zaman dulu.
“Eh, Mas, Mas, Mas. Saya numpang tanya Mas”. Si wanita cupu bertanya, namun orang itu pura-pura tak mendenganya.
“Lah, si Mas itu kok jalan terus, budek kali yak. Cakep-cakep kok budek .. hahaha”
Dan tanpa sengaja wanita cupu itu menabrak seorang lelaki yang ada di depannya dan kemudian terjatuh.
“Aduh, Mas maaf Mas maaf. Aku nda sengaja Mas”. Wanita cupu itu berbicara sambil menunduk.
“sudah, sudah aku tidak apa-apa kok”. Lalu lelaki itu membantu wanita cupu itu berdiri dengan mengulurkan tangannya.
“Ayo, bangun!”
“Terima kasih, Mas .... ganteng”. Kata si wanita cupu sambil tersenyum dan terus menatap wajah lelaki tampan itu.
Tiba-tiba seorang wanita cantik berambut pirang menghampiri mereka.
“Hey, don’t touch my boy!”. Kata si wanita berambut pirang itu dengan nada marah.
“Bicara opo sampeyan ini? Aku nda ngerti.
“Anak kampung”
“Lah, memangnya kenapa kalau Saya anak kampung, masalah buat sampeyan toh?”
Wanita cantik berambut pirang kemudian pergi bersama lelaki tampan itu dan si wanita cupu terus saja berbicara sendiri melampiaskaan amarahnya.
***
Keesokkan harinya wanita cupu itu bertemu lagi dengan Mas ganteng. Dan si ganteng itu menyapa terlebih dahulu.
“Hey, kamu yang kemarin itu kan?”
“Ah, Mas ganteng ini inget saja sama Saya ... hehehe. Nama Saya Kartini Rahayu, Mas. Panggil saja Tini”
“Oh, Tini. Nama Saya Rio, jadi jangan panggil Saya mas ganteng lagi yah!”
“Iya Mas ganteng, eh Rio”
“Oh iya, Mas. Ini pulpen Mas bukan? Sepertinya kemarin jatuh”. Si wanita cupu itu bertanya smbil menunjukkan pulpennya.
“Oh, itu. Iya itu pulpen Saya. Pantas saja kemarin dicari-cari tidak ada, tahunya ada sama kamu yah. Sudahlah ambil saja, cuma pulpen seribuan kok”
“Lah.. wong seribu juga uang toh, Mas. Nyari uang seribu itu kadang susah loh, Mas. Ya sudah kalau nda mau, Saya ambil”
Kemudian Rio mengajak Tini berjalan-jalan disekitar kampus karena memang Tini adalah mahasiswi baru di universitas tersebut. Rio menunjukkan tempat-tempat yang biasa di datangi oleh para mahasiswa lain seperti perpustakaan, lab dan kantin. Dan Rio pun sedikit menceritakan pengalaman hidupnya, begitupun Tini wanita cupu itu.
***
Setelah beberapa hari Tini kenal Rio, dia merasa suka kepada Rio.
“Lah, kok aku jadi kepikiran mas ganateng terus ya. Setiap ketemu dia, hatiku ini berasa dag dig dug gitu. Rasa apa ini? Sampeyan membuatku gila Mas”. Wanita cupu itu berbicara dalam hati dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang perasaan yang dia rasakan.
Setelah itu si wanita cupu pergi ke kantin dan bertemu dengan mas ganteng. Kemudian dia berpikir ingin mengutarakan isi hatinya kepada Mas ganteng. Dia menghampiri Mas ganteng dan duduk depan Mas ganteng yang sedang makan bakso.
“I lap you, Mas ganteng”. Kata si cupu sambil gemetaran.
“Oh, kamu butuh lap. Ya sebentar saya ambilkan”
“Saya suka sama Mas ganteng. Saya nda btuh lap, Mas”. Si cupu menggerutu dalam hati.
Ternyata si cupu memang tidak bisa berbicara Bahasa Inggris, sehingga ingin mengatakan I love you malah menjadi I lap you, lantas Rio si Mas ganteng itu mengira si cupu meminta lap kepadanya.
Kemudian Rio kembali lagi dengan membawa lap yang dipinjamnya dari tukang bakso di kantin dan memberikannya kepada Tini si wanita cupu. Lalu, Tini berlari sambil membawa lap tersebut dan dia menangis karena malu.
Selesai
Oleh : Nari Maryati
Turunlah seorang wanita cupu berkaca mata besar dari sebuah angkutan umum di depan Universitas besar di kota metropolitan. Dengan logat Jawa Sunda dia berbicara.
“Wow, meuni gede gini kampus teh nya. Di kampung mah nggak ada yang kaya gini”
Wanita cupu itu terus berjalan dan sesekali bertanya namun tak ada yang mendengarnya. Dia terlihat begitu cupu, dia memakai rok di atas pinggang dan baju zaman dulu.
“Eh, Mas, Mas, Mas. Saya numpang tanya Mas”. Si wanita cupu bertanya, namun orang itu pura-pura tak mendenganya.
“Lah, si Mas itu kok jalan terus, budek kali yak. Cakep-cakep kok budek .. hahaha”
Dan tanpa sengaja wanita cupu itu menabrak seorang lelaki yang ada di depannya dan kemudian terjatuh.
“Aduh, Mas maaf Mas maaf. Aku nda sengaja Mas”. Wanita cupu itu berbicara sambil menunduk.
“sudah, sudah aku tidak apa-apa kok”. Lalu lelaki itu membantu wanita cupu itu berdiri dengan mengulurkan tangannya.
“Ayo, bangun!”
“Terima kasih, Mas .... ganteng”. Kata si wanita cupu sambil tersenyum dan terus menatap wajah lelaki tampan itu.
Tiba-tiba seorang wanita cantik berambut pirang menghampiri mereka.
“Hey, don’t touch my boy!”. Kata si wanita berambut pirang itu dengan nada marah.
“Bicara opo sampeyan ini? Aku nda ngerti.
“Anak kampung”
“Lah, memangnya kenapa kalau Saya anak kampung, masalah buat sampeyan toh?”
Wanita cantik berambut pirang kemudian pergi bersama lelaki tampan itu dan si wanita cupu terus saja berbicara sendiri melampiaskaan amarahnya.
***
Keesokkan harinya wanita cupu itu bertemu lagi dengan Mas ganteng. Dan si ganteng itu menyapa terlebih dahulu.
“Hey, kamu yang kemarin itu kan?”
“Ah, Mas ganteng ini inget saja sama Saya ... hehehe. Nama Saya Kartini Rahayu, Mas. Panggil saja Tini”
“Oh, Tini. Nama Saya Rio, jadi jangan panggil Saya mas ganteng lagi yah!”
“Iya Mas ganteng, eh Rio”
“Oh iya, Mas. Ini pulpen Mas bukan? Sepertinya kemarin jatuh”. Si wanita cupu itu bertanya smbil menunjukkan pulpennya.
“Oh, itu. Iya itu pulpen Saya. Pantas saja kemarin dicari-cari tidak ada, tahunya ada sama kamu yah. Sudahlah ambil saja, cuma pulpen seribuan kok”
“Lah.. wong seribu juga uang toh, Mas. Nyari uang seribu itu kadang susah loh, Mas. Ya sudah kalau nda mau, Saya ambil”
Kemudian Rio mengajak Tini berjalan-jalan disekitar kampus karena memang Tini adalah mahasiswi baru di universitas tersebut. Rio menunjukkan tempat-tempat yang biasa di datangi oleh para mahasiswa lain seperti perpustakaan, lab dan kantin. Dan Rio pun sedikit menceritakan pengalaman hidupnya, begitupun Tini wanita cupu itu.
***
Setelah beberapa hari Tini kenal Rio, dia merasa suka kepada Rio.
“Lah, kok aku jadi kepikiran mas ganateng terus ya. Setiap ketemu dia, hatiku ini berasa dag dig dug gitu. Rasa apa ini? Sampeyan membuatku gila Mas”. Wanita cupu itu berbicara dalam hati dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang perasaan yang dia rasakan.
Setelah itu si wanita cupu pergi ke kantin dan bertemu dengan mas ganteng. Kemudian dia berpikir ingin mengutarakan isi hatinya kepada Mas ganteng. Dia menghampiri Mas ganteng dan duduk depan Mas ganteng yang sedang makan bakso.
“I lap you, Mas ganteng”. Kata si cupu sambil gemetaran.
“Oh, kamu butuh lap. Ya sebentar saya ambilkan”
“Saya suka sama Mas ganteng. Saya nda btuh lap, Mas”. Si cupu menggerutu dalam hati.
Ternyata si cupu memang tidak bisa berbicara Bahasa Inggris, sehingga ingin mengatakan I love you malah menjadi I lap you, lantas Rio si Mas ganteng itu mengira si cupu meminta lap kepadanya.
Kemudian Rio kembali lagi dengan membawa lap yang dipinjamnya dari tukang bakso di kantin dan memberikannya kepada Tini si wanita cupu. Lalu, Tini berlari sambil membawa lap tersebut dan dia menangis karena malu.
Selesai
0 komentar:
Posting Komentar