Rabu, 23 Oktober 2019

Dari Becak Aku dan Keluargaku Hidup

Jumad, laki-laki tua berusia (77) tahun, kelahiran Karawang 1942 bertempat tinggal di Dusun III Kaumjaya Karawang bersama istri dan seorang anak perempuan berusia (20) tahun. Sehari- hari Jumad bekerja sebagai tukang becak untuk menghidupi keluarganya. Selain menarik becak, Jumad pun terkadang mencari botol-botol plastik bekas untuk dikumpulkan lalu kemudian dijual ke pengepul barang rongsok.

Meski hanya seorang tukang becak, Jumad memiliki keinginan untuk bisa memberikan pendidikan setinggi-tingginya untuk anaknya. Dengan kerja kerasnya ia pun berhasil menyekolahkan anaknya hingga ke Perguruan Tinggi. Namun karena kekurangan biaya, penghasilannya dari narik becak ternyata tidak mampu mencukupi kebutuhan kuliah dan rumah tangganya hingga akhirnya dengan terpaksa putrinya harus berhenti dari perkuliahan.

Dulu sebelum menikah, Jumad sempat bekerja di Jakarta sebagai tukang bersih-bersih lalu ia pindah lagi ke karawang dan bekerja serabutan. Kadang ia berjualan kerupuk di angkutan umum, atau berjualan kacang dan umbi-umbian rebus di sekolah-sekolah dan terkadang bekerja berjualan membantu kakaknya. Selain itu, ia pun pernah bekerja sebagai penjual koran, penjual kayu bakar, sebelum akhirnya bekerja sebagai tukang becak hingga saat ini.



Sejak tahun 1970-an Jumad mulai memutuskan untuk bekerja sebagai tukang becak. Bermodalkan uang tiga ribu saat itu untuk menyewa becak karena belum mampu untuk membeli sendiri. Kurang lebih selama 35 tahun ia bekerja menggunakan becak sewaan. Namun karena banyak juga orang yang nyewa seperti dirinya, terkadang Jumad tidak kebagian dan membuatnya tidak bisa bekerja.

Sekitar tahun 2005 Jumad mendapatkan sumbangan dari program pemerintah saat itu, dan cukup lumayan untuk membeli becak, sehingga ia bisa bekerja setiap hari tanpa harus berebut dengan tukang becak yang lain. Jumad biasa mangkal di dekat toko-toko, pasar, dekat gedung-gedung bioskop, atau dekat sekolah. Saat ini, ia biasa mangkal di depan Kampus Universitas Singaperbangsa Karawang.

Setiap hari ia mulai mangkal dari pukul enam pagi sampai jam dua belas siang. Menurutnya, saat ini jarang sekali ada orang yang mau menggunakan jasa becak, meskipun ia mangkal dekat kampus dan sekolah. Namun semenjak adanya ojek online, mahasiswa maupun anak sekolah lebih sering menggunakan jasa ojek online dibanding menggunakan becak. Kalau pun ada biasanya hanya mengangkut barang ketika ada mahasiswa yang pindahan kontrakan atau ngangkut belanjaan dari toko-toko ke perumahan- perumahan.

Penghasilannya setiap hari tidak menentu, kadang ia membawa pulang Rp20.000 sampai Rp30.000 biasanya akan lebih besar jika ada yang pindahan, ia bisa mendapat uang sekitar RP50.000 sampai RP200.000 tergantung banyak sedikitnya barang yang diangkut, bahkan sering ia tidak mendapat penumpang sama sekali sehingga terpaksa ia harus pulang dengan tangan kosong. Namun bagi Jumad, diusianya yang kini semakin tua menarik becak bukan lagi hanya untuk sekadar pekerjaan. Tetapi baginya menarik becak merupakan salah satu bentuk ia menikmati hidup.

Penulis: Suherni