Jumat, 08 Februari 2019

Mangkraknya Fasilitas, Salah Siapa ?

Lift gedung perpustakaan tidak dapat beroperasi


Fasilitas dan pendidikan merupakan dua hal yang saling berkesinambungan. Fasilitas sendiri meliputi dua aspek yang sangat penting, yakni sarana dan prasarana. Keberadaan sarana dan prasarana di lingkungan akademik kampus akan menunjang berjalannya kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan kondusif. Selain itu, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, fasilitas sangat dibutuhkan agar mutu pendidikan semakin meningkat.

Perihal Fasilitas, Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) pada tahun sebelumnya (2018) terus menerus melakukan pembenahan. Mulai dari pembangunan gedung, pembenahan akses jalan ke perkiran dsb. Akan tetapi, dari banyaknya fasilitas yang mulai dibenahi Unsika, tak sedikit yang dirasa belum optimal bahkan rusak dan terbengkalai begitu saja, salah satunya lift. Hal itu pun disayangkan oleh Andy Yudithio mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer semester 6. Andy merasa fasilitas tidak berbanding lurus dengan uang kuliah tunggal (UKT) yang dibayarkan.



"Benar-benar tumpang tindih, UKT kita tinggi sedangkan fasilitas yang didapat tidak maksimal. Dulu saya masuk, pendopo masih ada, sekarang fasilitas wifi sudah menurun, lift mati terbengkalai begitu saja." jelasnya.

Disinggung mengenai hal ini, H. Toto Suharto selaku Kepala Bagian Umum memaparkan beberapa penyebab tidak beroperasinya lift. Pertama, karena kurangnya daya listrik, untuk penambahan daya sendiri sudah di lakukan tetapi belum full, karena harus melakukan pemadaman dari pagi hingga sore hari dan menunggu jadwal dari PLN. Hal itu pun berpengaruh kepada fasilitas lain seperti Air Conditioner (AC), suhu dingin dari AC pun menjadi kurang optimal. Lalu dari Paard Kracht (PK)nya sendiri yang hanya 1 sampai 1,5PK, setiap kelas seharusnya ditaruh dua unit AC, hal ini masih dalam proses dan menjadi program bagi Bagian Umum. Penyebab tidak beroperasinya lift yang selanjutnya yaitu karena rusaknya spare part.

"Yang di opon ada kerusakan spare part, spare part sudah lama dikirim, tapi sampai kemarin belum dibayar oleh Unsika." ujarnya.

Menanggapi hal yang disampaikan oleh Bagian Umum, Wakil Rektor Bidang Keuangan mengkonfirmasi bahwa pembayaran spare part tersebut menunggu anggaran tahun 2019 turun. "Yang di perpustakaan karena dibongkar harus diperbaiki, sekarang sedang menunggu penyedianya (penjualannya) dan kasusnya sama, anggaran, dan anggarannya tahun 2019 ini." paparnya.

Tanggapan pun muncul dari beberapa mahasiswa, salah satunya Irwanto mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer semester 6. "Jangan disalahkan juga Bagian Keuangan kurang mengeluarkan uang, ya mungkin ketika Bagian Keuangan harus mengeluarkan uang, harus ada bukti untuk pengeluaran dsb, menurut saya memang dari Bagian Umumnya kurang controlling." ujarnya.

Namun pendapat berbeda pun datang dari Firman, salah satu mahasiswa Fakultas Hukum semester 6. Ia mengatakan bahwa jika ingin mempunyai fasilitas seperti taman atau pendopo, jadilah mahasiswa yang kreatif, dan jika sudah diberikan fasilitas harus dijaga dengan sebaik-baiknya. "Kalau misalnya kita mau punya taman, ya kreatif, seperti anak teknik buat taman sendiri atau di UKM masing-masing. Kita harus kreatif kalau mau punya tempat nongkrong sendiri, kalau butuh lift yah dijaga liftnya." pungkasnya. (AD)

2 komentar:

  1. Pers itu harusnya memberikan nutrisi bagi masyarakat. Bukan menjadi selang infus untuk penguasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya jadi berpikir, apakah lpm unsika sudah menjalankan fungsinya sebagai pers? Saya kira belum

      Hapus