Rabu, 11 Maret 2015

Tempat Wisata Kabupaten Karawang

Karawang, 11 Maret 2015 - Karawang adalah satu kabupaten yang berada di provinsi jawa barat, dengan perkembangan pembangunan yang begitu pesat menjadikan Karawang sebagai calon Megapolitan di provinsi jawa barat. Tidak hanya itu karawang juga memiliki berbagai tempat wisata yang begitu beragam.  Mulai dari peninggalan sejarah berupa candi dari abad ke-5, danau, dan curug yang beberapa diantaranya masih sangat jarang dikunjungi. Berikut adalah daftar tempat wisata Karawang.

Tempat Wisata di Karawang untuk Heritage

Bendungan Parisdo / Walahar
Bendungan Parisdo atau Waduk Walahar lokasinya berada di Desa Walahar, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, merupakan bendungan yang dibangun pemerintah kolonial Belanda dan mulai berfungsi sejak 28 November 1925.
Fungsi Bendungan Parisdo adalah untuk mengendalikan aliran Sungai Citarum, dan menjadi sumber air bagi hampir 90 ribu hektar sawah di Kabupaten Karawang dan Subang. Bendungan Parisdo itu masih kokoh dan berfungsi dengan baik sampai saat ini.
Lokasi di Waduk Walahar yang paling banyak disukai untuk nongkrong adalah di sekitar jembatan kecil berbentuk lorong yang letaknya di atas pintu utama waduk. Tempat ini memiliki pemandangan luas ke sekeliling Waduk Walahar. Hari Minggu jalanan di sekitar Bendungan Parisdo biasanya macet, karena adanya pasar kaget.
Jika sudah waktunya untuk mengisi perut, di sekitar lokasi Waduk Walahar tersedia warung-warung makanan yang menyediakan pilihan menu ikan jambal, pepes ikan, ikan bakar, dan goreng ikan, yang harganya cukup murah.

Situs Candi Blandongan
Lokasi Situs Candi Blandongan berada di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, berjarak 45 km dari pusat Kota Karawang. Candi peninggalan agama Buddha ini terbuat dari susunan bata merah berkuran 24,6 m x 24,6 m dan tinggi 4,9 m.
Berbeda dengan Candi Jiwa, pada Candi Blandongan yang ditemukan tahun 1993 ini terdapat undakan pada keempat sisinya. Sebagian badan candi masih berdiri meskipun tidak utuh dan candi terlihat cantik setelah dipugar.
Analisa radiometri dengan menggunakan Carbon-14 pada artefak Candi Blandongan memperlihatkan hasil yang cukup mengejutkan, karena ada artefak yang berasal dari abad ke-2 Masehi dan yang termuda berasal dari abad ke-12.
Selain itu pada Candi Blandongan ditemukan pula lantai cor beton yang terbuat dari campuran batu koral, kapur kulit kerang dan pasir. Ada pula materai utuh sejumlah 10 buah diantaranya bergambar patung Buddha Amitabha yang diduga berasal dari abad ke 6-7, keramik Cina, gerabah, dan beberapa fragmen perunggu ditemukan pada tahun 2011.

Situs Candi Jiwa

Candi Jiwa, yang disebut penduduk setempat sebagai Unur Jiwa, berada di dalam kawasan Situs Batujaya, di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Karawang, Jawa Barat. Situs Candi Jiwa ditemukan pada tahun 1984 oleh seorang petani ketika mendapati kambingnya mati di tempat ini, sehingga kemudian dikenal sebagai Unur Jiwa.
Pemugaran Candi Jiwa dilakukan pada periode 1997 sampai dengan 2004. Bagian atap candi yang terbuat dari batu bata merah berukuran besar ini sudah tidak ada lagi, hanya tinggal bagian kaki dan sedikit bagian atas candi, berbentuk bujursangkar dengan ukuran 19 x 19 m dan tinggi 4,7 m. Tidak ditemukannya undakan membuat arah hadap Candi Jiwa tidak diketahui. Di sekeliling candi terdapat parit, dan di luarnya dikelilingi oleh pagar.
Pada bagian atas candi peninggalan agama Buddha ini terdapat susunan bata yang bentuknya menyerupai kelopak bunga teratai dengan struktur melingkar di tengah berdiameter 6 m yang diduga dasar stupa atau lapik patung Buddha. Profil kaki candi terdiri pelipit rata (patta), pelipit penyangga (uttara), dan pelipit setengah lingkaran (kumuda). Susunan batu batanya diperkokoh dengan lapisan perekat tipis berwarna putih yang disebut stuco.
Candi Jiwa diperkirakan dibuat pada jaman Kerajaan Tarumanegara (400 – 600 M), lokasinya berada di tengah persawahan penduduk sekira 36 km dari Pasar Rengasdengklok.

Situs Cibuaya
Situs Cibuaya merupakan situs peninggalan budaya Hindu yang berada di Dusun Pajaten, Desa Cibuaya, Kecamatan Cibuaya, Karawang, sekitar 38 km dari pusat Kota Karawang. Hingga 1993, telah ditemukan tujuh buah reruntuhan bangunan candi di Situs Cibuaya yang ditandai sebagai Sektor CBY 1 sampai CBY 6. Namun yang masih ada bentuknya adalah yang dikenal penduduk sebagai Lemah Duhur Lanang, dan Lemah Duhur Wadon. Keduanya berjarak sekitar 1,5 km.
Pada Situs Lemah Duhur Lanang terdapat sebuah Lingga berukuran tinggi 111 cm dan berdiameter 40 cm yang tidak menancap pada Yoni, namun ditancapkan di dalam tanah di tengah reruntuhan bangunan candi yang terbuat dari susunan bata merah berukuran 9 x 9,6 m dengan tinggi 2 m. Ketika ditemukan, Lingga tergeletak di kaki bangunan.
Lingga ini memiliki bentuk persegi (brahmabhaga) dan bundar (rudrabhaga), namun tidak ada bagian yang berbentuk segi delapan (wisnubhaga), sehingga bukan merupakan bentuk lingga yang sempurna.
Penelitian awal area Situs Cibuaya dilakukan oleh beberapa peneliti Barat seperti Johannes Nicholas Krom, H. Kern and Jean Boisselier, dan kemudian dilanjutkan oleh para Arkeolog Indonesia seperti Ayatrohaedi, Edi Sedyawati, Edi S. Ekadjati dan R. Cecep Eka Permana.
Di Situs Batu Jaya ini telah ditemukan Arca Wisnu pada tahun 1951, 1957, dan terakhir tahun 1977. Arca Wisnu yang pertama ditemukan tidak jauh dari lokasi Lemah Duhur Lanang.
Selain Lingga dan Arca Wisnu, di Situs Cibuaya juga ditemukan artefak lain berupa beberapa buah batu pipisan, lumpang batu, serta fragmen tembikar dan keramik.

Situs Kuta Tandingan Karawang

Lokasi Situs Kuta Tandingan berada di Desa Mulyasejati, Kecamatan Ciampel, sekitar 38 km dari ibukota Kabupaten Karawang. Diduga situs ini adalah peninggalan sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Kuta Tandingan Jaya yang berada dibawah pengaruh Kerajaan Pajajaran.
Konon Kerajaan Kuta Tandingan Jaya itu diperintah oleh Patih Panatayuda, yang dibantu Patih Purnakuta dan Patih Mangkubumi, serta penasehat Pamanah Rasa dan Jaksa Imbang Kencana. Ketika kekuasaan Pajajaran mulai redup, Kerajaan Kuta Tandingan Jaya diambil alih oleh Syech Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten.

Di sekitar Situs Kuta Tandingan inilah Senopati Kertabumi III (ayah Prabu Singaperbangsa) mendirikan Kadipaten Karawang. Daerah yang sekarang menjadi Desa Mulyasejati dahulu dikenal sebagai udug-udug.

Tempat Wisata di Karawang untuk Alam dan Petualangan

Curug Bandung

Lokasi Curug Bandung berada di Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, di kaki Gunung Sanggabuana (1920 mdpl), dengan ketinggian air terjun mencapai 25 m. Curug Bandung merupakan curug terbesar dari rangkaian tujuh curug di aliran sungai yang sama, yang dimulai dari Curug Peuteuy dan Curug Picung.
Untuk sampai di Curug Bandung, pejalan harus berjalan kaki melewati medan lumayan berat sejauh 3 km dari Jayanti, sebuah dusun di Desa Mekarbuana yang sudah bisa diakses dengan kendaraan roda empat dan jalannya beraspal, meskipun rusak di beberapa ruas. Dusun Jayanti berjarak sekitar 40 km dari Kota Karawang, dengan melewati Pasar Loji terlebih dahulu.
Meskipun jarak tempuhnya lumayan jauh, Curug Bandung tampaknya cukup populer dikalangan pejalan, karena adanya para penjaja makanan dan minuman di sekitar curug, meskipun kabarnya belum ada fasilitas pendukung yang memadai.
Lokasi Curug Bandung berada dalam satu jalur dengan tempat wisata lain di kaki Gunung Sanggabuana, yaitu Kampung Wisata Cigentis, Curug Cigentis, Batu Tumpang, Curug Peuteuy, Curug Cipanundaan, dan Curug Cikarapyak.

Curug Cigentis 
Curug Cigentis merupakan air terjun indah setinggi 25 m andalan wisata Karawang yang lokasinya berada di kaki Gunung Sanggabuana, pada ketinggian 1000 mdpl. Curug Cigentis masih masuk dalam wilayah Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, sekitar 44 km dari pusat Kota Karawang.
Akses ke lokasi cukup menantang, terutama setelah melewati Pasar Loji sampai ke Dusun Jayanti, dimana jalanan cukup sempit, menanjak, dan beberapa ruas jalan dalam keadaan rusak, sehingga baik pengendara mobil maupun motor harus berhati-hati. Mobil dan motor dititipkan di Dusun Jayanti, lanjut dengan berjalan kaki sejauh sekitar 2 km untuk sampai di loket Curug Cigentis.
Lokasi Curug Cigentis berada dalam satu jalur dengan Kampung Wisata Cigentis, Batu Tumpang, Curug Peuteuy, Curug Cipanundaan, Curug Cikarapyak dan Curug Bandung.

Di sekitar Curug Cigentis ada cukup banyak warung makanan. Ada pula kamar ganti dan mushola, sehingga sangat memudahkan bagi pejalan. Jika kemalaman, pejalan bisa menginap di salah satu rumah penduduk, atau memasang tenda, atau menyewa villa di Kampung Wisata Cigentis.

Curug Cikarapyak

Lokasi Curug Cikarapyak berada di Kutamaneuh Desa, Kecamatan Tegalwaru, berjarak sekitar 42 km dari Kota Karawang. Akses ke Curug Cikarapyak yang berada di aliran sungai yang sama dengan Curug Cipanundaan namun lebih ke hulu ini kabarnya sangat berat, hanya saja dikompensasi dengan pemandangan sepanjang jalan sangat alami dan indah.
Tampaknya belum ada pejalan yang berkunjung ke Curug Cikarapyak, lantaran tidak ditemukan tulisan yang lebih detil tentang curug ini, dan belum ada foto yang diunggah ke web. Jalan rintisan tampaknya perlu dibuat oleh dinas terkait di Karawang, agar Curug Cikarapyak bisa lebih mudah diakses oleh para pejalan dan dinikmati keindahannya.  

Curug Cikoleangkak 

Curug Cikoleangkak berada di Desa Kutamaneuh, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, sekira 42 km dari pusat kota Karawang. Posisi Curug Cikoleangkak berada paling atas diantara curug lain pada alur sungai yang sama, di atas Curug Cikarapyak dan Curug Cipanundaan.
Akses ke lokasi curug dikabarkan sangat berat, tidak untuk orang kebanyakan. Bukan hanya memerlukan stamina yang baik, namun juga keberanian dan ketrampilan melewati hutan perawan, sungai berbatu besar, semak belukar, dan tebing curam.
Semoga saja akses ke Curug Cikoleangkak ini bisa segera dibuka oleh pemda setempat, sehingga keindahannya bisa dinikmati oleh kebanyakan orang.




Curug Cipanundaan
Lokasi Curug Cipanundaan berada di Desa Kutamaneuh, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, di bawah Curug Cikarapyak dan Curug Cikoleangkak, sekitar 42 km dari pusat Kota Karawang.
Curug Cipanundaan merupakan curug bersusun tiga secara berurutan yang ditemukan oleh penduduk setempat dan team ekspedisi Dinas Pariwisata Karawang yang dipimpin AA Nugraha.

Akses ke Curug Cipanundaan belum dibuat, sehingga medan menuju ke sana dikabarkan cukup berat, melewati jalan setapak, sungai, dan bibir tebing. Semoga dinas dan pemerintah setempat bisa segera membuka akses, setidaknya jalan setapak, agar keindahan Curug Cipanundaan ini bisa dinikmati para peminat wisata air terjun dengan lebih mudah.

Curug Santri

Lokasi Curug Santri berada di daerah Loji, Kecamatan Tegalwaru, yang bisa ditempuh dalam waktu sekitar 45 km dari pusat Kota Karawang. Suasananya cukup sejuk lantaran berada di kawasan pegunungan. Ketinggian Curug Santri mencapai sekitar 250 m, dengan akses yang cukup menantang.
Pejalan bisa naik kendaraan umum dari Pasar Djohar di Kota Karawang, turun di Pasar Loji, dan dilanjut dengan naik ojek motor, diteruskan dengan berjalan kaki.
Selain merupakan wisata alam, ada juga legenda terkait nama Curug Santri yang hidup di tengah masyarakat tradisional Karawang. Legenda Curug Santri itu menceritakan bahwa pada jaman dahulu kala terdapat lima santri yang ditugaskan oleh gurunya untuk mencari sumber di gunung dari sungai yang airnya masih mengalir di saat musim kemarau.

Dalam upaya menemukan sumber air inilah kelima santri itu akhirnya menemukan sebuah curug yang sangat tinggi. Setelah menemukan air terjun itu mereka pun lalu kembali ke pesantren dan melaporkan temuan itu kepada gurunya. Lantaran yang menemukan curug adalah para santri, maka air terjun itu kemudian dikenal dengan nama Curug Santri.

Danau Cipule

Lokasi Danau Cipule berada di Desa Walahar, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, sekitar 20 km dari Kota Karawang, 3 km dari Bendung Walahar arah ke Selatan. Danau Cipule terbentuk dari kegiatan penambangan pasir yang berlangsung lama. Danau yang luas dan dalam ini berada tepat di pinggiran Kali Citarum dengan panorama indah.
Ada sebuah pulau kecil di tengah Danau Cipule, dikenal sebagai Pulau Cinta yang luasnya 2.000 m2. Untuk berkunjung ke Pulau Cinta dilakukan dengan menumpang perahu kabel yang memakan waktu sekitar 5 menit dengan biaya Rp 2.000 per orang.

Di Pulau Cinta terdapat saung bambu beratap rumbia menghadap ke danau. Ada pula saung lesehan panjang, area bermain anak-anak, serta penjual minuman dan makanan ringan.


Danau Kalimati
Letak Danau Kalimati berada Desa Walahar, Kecamatan Klari, berjarak sekitar 11 km dari Kota Karawang. Jika Danau Cipule terjadi akibat penambangan pasir, maka Danau Kalimati terjadi secara alami.
Danau Kalimati terbentuk dari aliran Kali Citarum yang mengalami perubahan arah, sehingga terjadi semacam bendungan yang kemudian menjadi danau.

Sambil menikmati panorama Danau Kalimati, pejalan bisa duduk mengisi perut di warung-warung makan sederhana yang menawarkan menu Sate Maranggi, bakso dan jenis-jenis makanan lainnya. Ada juga warung makan lesehan menghadap ke danau.

Sumber : AroengBinang.com

0 komentar:

Posting Komentar